Nyanyian Pengantin

Nyanyian Pengantin

Tak ada pilihan lain,
Kupastikan bukan karena ku tak ingin,
Namun karena badai kemarin
Mengubahku jadi mahluk dingin,
Dan inilah aku…
Nyanyian Pengantin,
Yang teriring tandu suka cita,
Yang seprtinya kan mengantarkanku
Pada kejauhan tempatmu berada

SALAHKAH KEKAGUMANKU?

Waktu itu aku membayangkan, pastilah banyak wanita yang mengidamkan dia di kelak hari. Ganteng, baik, halus, pintar, kaya dan calon dokter lagi, siapa sich yang tidak ingin memiliki kekasih seperti dia?

Dia adalah Bagus,teman sekelasku ketika SMA. Sejak kelas satu aku merasa dia sudah mulai mendekatiku, tetapi aku tak begitu meresponnya, karena teman sebangku ku secara terang-terangan telah mengibarkan bendera cinta untuknya. Dan betapa merasa beruntungnya aku, ketika dia mengaku padaku bahwa akulah satu-satunya teman perempuannya yang paling dekat dengannya,yang ia percaya dan ia sayangi. Aku sempat ke tersanjung, tapi sayangnya tak lama kemudian ia memperjelas kata-katanya dengan sebuah kesimpulan “sayang karena persahabatan.” Aku menduga ia mengatakan itu karena mungkin ia tahu,bahwa aku sudah jatuh hati pada Tito anak IPA1, sehingga ia menyimpulkan aku tak akan membalas perasaannya.

Musim perpisahan pun di mulai. Dia memilih Negeri Belanda untuk meneruskan studinya, dia benar-benar ambil jurusan Kedokteran seperti yang pernah ia cita-citakan.

Di tahun pertama perpisahan kami, aku dan Bagus masih sering ngobrol baik via chating maupun via telepon. Namun sayangnya, tak pernah ada kata-kata jadian diantara kami. Padahal aku berkali-kali memancingnya untuk mengatakan itu. “Ah, mungkin saja dia gengsi atau malu untuk menyatakan cintanya!” hiburku dalam hati. Bertahun – tahun ,Diam-diam aku menunggunya, menjadikan namanya sebagai pengisi hatiku, dan kuharap ia pun begitu. Seringkali aku kesal dan menanyakan apakah disana sudah ada perempuan yang membuatnya jatuh hati, Ia hanya tersenyum bahkan tertawa dan berkata bahwa tak ada perempuan lain selain aku yang bisa mengertinya. Walaupun mungkin itu hanya bualan belaka, namun mengapa firasatku mengatakan bahwa dia mengatakan hal yang sebenarnya, dan otak kananku ini mengajakku untuk berhalusinasi, bahwa suatu hari nanti ia pulang dan kami akan bersama.

“Nea, kamu sudah punya pacar ya?” Akhirnya pertanyaan itu terlontar dari mulutnya. Aku membalas chat messengernya dengan senyuman.

“Dermaga itu sudah terlihat,dan aku yakinkan untuk bersandar disana bukan didermaga yang lain. Kusiapkan untuk menghempaskan jangkar, sambutlah dengan senyum hangat dan pelukanmu.”

“so sweet honey..! kamu layak kog jadi penulis!”.

“Aku masih nungguin kamu, kapan pulangnya?”

“Wah,gak usah ditungguin! Ulang tahunmu Minggu depan aku kasih kado tiket buat liburan ke Holand ya? Aku punya suatu kejutan disini buat kamu!”

**

Sore itu aku tiba di Amsterdam, tak sabar aku melihat kejutan yang disiapkan oleh Bagus. Ia datang menjemputku, dan membawaku jalan-jalan sebentar di ibu kota Negeri Kincir Angin ini.

“Kalo asli gini keliatan ndut ya, gag kaya kalau pake Webcam” Ucapku menggodanya.

“Tapi kamu suka kan penampilanku?” Jawabnya sambil mencubitku kecil.

Jam Tujuh malam kami baru sampai di apartemen milik Bagus.

“Apa kejutan buat aku?” Tanyaku penasaran.

“Ntar kamu juga tahu” Ucapnya sambil membuka pintu Apartemennya.

Aku benar-benar terkejut dengan apa yang kulihat, aku membungkam mulutku rapat-rapat sambil tak percaya apa yang aku lihat.

“How do you do Babe” Tito menghampiriku dan mencoba memelukku.

Aku membalas pelukannya dengan perasaan berdebar. Jantungku berdegub tak karuan.

“Kenapa kamu gak pernah ceritain ini ke aku?” Aku tak bisa lagi menahan air mataku. Aku menangis dipelukan Tito, ada rasa rindu yang mendalam padanya, namun aku sangat kecewa pada kejutan yang tak pernah kuduga ini. Penampilannya kini berubah, tak segagah Tito yang pernah ku kenal dulu. Bagus tak pernah menceritakan ini sebelumnya, ternya Tito juga melanjutkan studinya di Belanda. Padahal kabar terakhir yang kudengar tentangnya, ia diterima disebuah Universitas terkenal di USA.

Bagus dan Tito saling pandang lalu mereka memandangiku dengan tatapan yang bingung, seolah-olah mereka tak  tahu bagaimana perasaanku saat ini.

Aku mencoba menenangkan diri dan menghindarkan penglihatanku dari foto-foto mesra mereka yang terpampang di dinding apartemen. Ada satu foto yang memaksa mataku untuk memperhatikannya lekat-lekat. “Ini gak mungkin,mereka bisa-bisanya menikah?” Hatiku menangis perih.

Ya Tuhan, mengapa aku jatuh cinta pada lelaki seperti ini?”

Beberapa waktu kemudian, pandanganku gelap. Aku tak sadarkan diri.Gambar

my LOVELY, My Mom

Sebenarnya sangat sepele dan mudah mengucapkan kata “Terimakasih”. Namun, pada kenyataannya bukankah kita sering lupa mengucapkannya? Hai kemungkinan juga, orang-orang yang pernah berjasa dalam hidup kita juga sampaitidak tahu,bahwa sesungguhnya mereka pernah mengajari kita suatu hal atau karena berjasa dalam kehidupan kita. Mengingat hal itu, saya menuliskan ini untuk memberitahu pada dunia, siapa orang-orang yang pernah berjasa dalam hidup saya, sadar atau tidak orang tersebut atas kebaikan yang telah mereka buat terhadap diri saya, yang jelas saya ingin mengucapkan “Terimakasih”. Andai saya bisa menjadi penulis ternama, saya  akan tuliskan nama-nama mereka dalam kata penghantar dalam buku-buku saya.

Baiklah, karena Jumat,8 Maret yang lalu adalah hari perempuan Internasional, saya akan mengawali kalimat terimakasih pada Perempuan-perempuan hebat yang telah memotivasi saya untuk ber-asa menjadi perempuan hebat/Tangguh layaknya mereka.

 

  1. My Loved Mother.Gambar

“Mrs. Sulasih”

 

“There arGambare some love in my live, but I know, You are the best Mom”.

Terimakasih, kepada Ibund saya. Mengapa, kalian pasti tahu bukan jawabannya?. Bukan hanya karena beliau adalah Ibu kandung saya, yang mengandung dan melahirkan saya. Namun beliau juga selalu untuk saya. Sedikit perlu kalian tahu teman’s, Ibu saya ini murni/total menjadi ibu rumah tangga sampai saya lulus menjalani masa lajang saya. Dan benar memang seminar parenting yang saya ikuti, bahwa dibalik kesuksesan seorang anak yang hebat pasti ada Ibunya disana.” And,it’s my Mom!”

 

-Saya tahu, saya tidak mempunyai suara yang bagus,TAPI beliau mengatakan bahwa saya pandai membawakan lagu-lagu. SEHINGGA saya berani bernyanyi.

 

-Saya tahu, badan saya tidak gemulai untuk di ajak menari, TAPI beliau mengatakan bahwa saya sangat pandai menari,dan cerdas menghafalkan semua tarian. SEHINGGA Saya mudah menguasai tarian-tarian yang pernah diajarkan oleh guru tari saya (Bu Harum, Pak Bin, Pak Sentot,Mbak Nitha, terimakasih juga ya!). Setidaknya saya selalu mendapatkan tepukan meriah dari penonton ketika saya pentas di panggung, dan Tahun 2009 yang lalu Alhamdulillah saya sempat mencicipi bagaimana rasanya menjadi guru tari di sebuah TK yang cukup ternama di kota saya.

 

                -Saya Tahu, saya tidak Cantik, TAPI beliau mengatakan bahwa bila saya tersenyum, bisa menarik perhatian orang lain. SEHINGGA saya percaya diri untuk bersanding dengan teman2 saya yang sebenarnya memang cantik. Saya berani mengikuti kegiatan modeling,presenter dll. Dan pada 2006 saya berhasil lolos seleksi sebagai “Penyiar” sebuah Radio Swasta di kota saya. Saat itu saya masih duduk di bangku kelas 1 SMA. ( Terimakasih pada 98,7 RAKA FM,  yang selama 5 tahun mendidik saya untuk  menjadi lebih baik) Saya ingat benar, saat itu ada 8 Orang pesaing saya, dan Alhamdulillah saya termasuk yang diterima selain dua orang teman saya.

Ibu juga yang mendorong saya untuk mencintai kesenian Jawa, Menjadi pemain gamelan dan ikut pentas sampai keluar daerah kota saya, Ibu ada bersama saya,karena takut saya merasa kecil nyali, karena satu regu saya adalah yang paling “kecil”. Meskipun Cuma dapat upah Rp 50.000,00 sekali pentas, namun itu cukup menambah pengetahuan saya tentang betapa susahnya mencari Uang.

Karena Ibu jugalah, saya pernah dua kali naik pentas menjadi seorang putri Raja. Bagaimana Bisa? Iya saya pernah dua kali main pentas seni ketoprak di daerah saya. Hei teman’s dari situlah saya sedikit bisa berbahasa jawa yang tingkat kerajaan”Krama alusssss”. (Terimakasih pada Pak dan Bu Wasis, Pak Prasto selaku perangkat desa saya yang pernah melatih saya)

Ibu juga yang memberi semangat kepada saya untuk bergabung pada grup Hadroh di desa saya. Saya ingat benar, semua anggota Grup Hadroh tersebut adalah ibu-ibu, Namun ibu bilang bahwa TIDAK SEMUA ANAK MAMPU DAN MAU SEPERTI SAYA”. Itu suntikan kata-kata yang cukup membuat saya menjadi lebih semangat dalam setiap kegiatan yang saya ikuti.Setiap Perlombaan yang saya ikuti, dari mulai SD,SMP,SMA… Ibu ada di balik semuanya, dan seharusnya piala2 yang dipajang di setiap sekolah saya itu,menjadi milik ibu saya, bagaimana tidak. Setiap malam sebelum Lomba, Ibulah yang melatih saya, yang menunggui saya sampai malam. Lomba Geguritan, Lomba Dongeng, Lomba Presenter walaupun Cuma tingkat kabupaten, namun kemenangan itu  cukup berarti dalam hidup saya. Dan itu semua berkat suntikan Percaya diri yang ditumbuhkan oleh beliau. Saya ingat benar ketika saya kalah di Lomba Olimpiade Biologi saat SMA dulu,itu karena Ibu tidak ada di belakang saya. Ibu sudah tidak bisa  mengajari saya. GambarMungkin karena beliau hanya lulusan SMP, sehingga sudah menyerah jika perlombaan Akademik. DAN HAL  ITULAH YANG MENDORONG SAYA UNTUK BELAJAR lebih baik lagi. Kelak saya ingin bisa mengajari anak2 saya jikalau mereka akan menghadapi perlombaan dibidang akademik.

Saya tahu, mungkin saya tidak sepandai teman-teman saya di bidang akademis, Namun Ibu bilang bahwa “MEMANG KAMU TIDAK PANDAI, TAPI KAMU CERDAS”. Dan itu yang mendorong saya untuk berani mengajar sebagai guru les sejak kelas 1 SMA. Siswa2 saya adalah anak-anak SMP dan SD yang ada di sekitar rumah saya. Iya tahun 2004,Saya ingat gaji pertama saya sebagai Guru les adalah Rp 25.000,- per bulan.Masuknya Setiap hari kecuali Minggu, and that is mean GAJI SAYA CUMA Rp 1.000/datang.

 

Banyak hal yang telah Ibu lakukan,Contohkan pada saya,hal2 yang pernah ibu perjuangkan untuk saya, InsyaAllah tak aka nada yang sia-sia. Terimakasih Ibu.Gambar

SGALA RASA CINTAQ

Aku menikmati suara itu,awalnya.

Semakin aku dengarkan, semakin aku merasakan betapa tersimpan kerinduan yang mendalam dalam alunan lagunya. Sekali lagi aku memutarnya. Aku benar-benar merasakan keresahan itu. Sekali lagi kudengarkan, aku mulai terbawa arus rindu itu. Sekali lagi kudengarkan, ah tampaknya ia benar-benar sedang menyimpan sesuatu yang indah di hatinya, yang tak tersampaikan lagi dengan sempurna dan lantang. Ku klik suara itu sekali lagi,dan sadarlah aku, ini bukan “sekali lagi” namun aku sudah memutarnya berkali-kali. “Ya Tuhan, ada apa dengan suara ini?”.

 

“Ping” Suara DeBuzz dari YMq berbunyi.

“Hun, lagi apa?” Sapa Bee dari jauh sana.

Seperti biasanya, aku ingin segera membalas pesannya. Namun jari-jariku terhenti pada Keyboard yang akan segera ku pijit. “Hei, aku tahu!” teriakku dalam hati. Aku segera memerintahkan jari-jarikku untuk memijit tombol-tombol keyboardk.

” Bee, dan jika wujudnya menjelma, pada sebentuk hati, tentang rindu dan ketulusan, Bukankah itu anugrah dan amanah dari yang Kuasa? Menjaganya!!”

 

 

Lagu itu, memang tak berjudul rindu

Namun, kupastikan sang Pembawanya memiliki sebuah Cinta,

Yang entah kan terlabuh pada siapa

 

Lagu itu, kini mulai teralir dalam darahku.

Aku menikmatinya dan bagai mariyuan,

Suara itupun bersifar adictif bagiku,

Aku menginginkannya lagi..

lagi..

dan lagi.

Sempurna!