MAKA….

Tahukah kamu

 

Senja jingga telah tak memancarkan indahnya

Mendekap mega hitam yang berhamburan

Mendapati kembali malam yang suram

 

Ku pikir,

Rintik hujan yang baik akan menemani sendu ini

Mengeryitkan malam dengan dendang bintang

Berharap bulan indah tak tersamar camar

Dan,

Tak jua beranjak, tetap saja mengecap gerah yang meresah

Hitam legam melukiskan kerinduan yang semakin sakit

Pelan – pelan, telah tersadari kau akan hilang
Bak mega hitam malam yang terhempas angin topan
Kau akan pergi dianm-diam dari hati yang terdalam,

tak ada yang terucap lagi,

selain membatin kisah lembayung senja jingga

yang kini”tinggal kenangan”

SADURAN LAGU GABY “TINGGAL KENANGAN” 2 March 2008

Gambar

 

Tentang kita,

Yang saling jatuh Cinta

Namun tak pernah Mengungkapkan semua…

Dan Kini kau pergi..

Tinggalkan ku disini..

Meniti hari,

Tanpa senyum manis Pujaan Hati….

Reff :

Walau kau pergi, ku kan setia menanti..

Ku yakin nanti, kau pasti kan kembali..

Meskipun engkau tak pernah kumiliki…

Namun disini, Ku nanti cintamu Kekasih Hati….

 

By : Mischa_Siwi@raka.cepustem.com

CINTA KAN BERPULANG PADAMU 2

“ Semalam kamu pinsan dek” kata Indah pada adik Iparnya itu. Si perempuan masih terlihat lemas dan pucat. “Kak Ade mana?” Tanya Yukha pada kakak Iparnya.

“Masih di ICU,nungguin ibu”

“Ibu baik – baik saja kan mba?” Yukha bertanya lagi dengan wajah cemas.

“Belum sadar, kamu kecapean dek, udah tiduran dulu ajah !gag usah banyak fikiran..!”

Yukha menatap kelangit – langit kamarnya. Ia sedikit ingat dengan kejadian semalam, Ibu mertuanya tiba – tiba drop, dinyatakan meninggal. Yukha sangat syok melihat Ibu Mertua yang sangat di sayanginya itu tanpa ia duga memiliki kelainan pada jantungnya.Dokter jaga dan para perawat bersibuk ria memasang semua alat – alat bantu penyambung kehidupan untuk sang Ibu, ia tak tega melihat suaminya, Ade yang terus – terusan menggenggam tangan Ibunya, sembari menangis. Sungguh, baru kali ini ia melihat laki – laki yang di sayanginya itu menangis.

**

Satu Bulan lamanya Yukha, Ade dan seluruh keluarganya sibuk pulang – pergi Rumah sakit. Keadaan Ibunya tetap begitu – begitu saja. Masih Koma. Barulah tepat di hari ke-31 di Rumah sakit, sang Ibu mulai sadar dari Komanya. Beliau memanggil nama Ade dan Indah. Iya, beliau hanya memiliki dua buah hati. Tetapi, yang membuat Yukha sedih adalah, sang Ibu tak mengingatnya sama sekali. Sang Ibu seperti orang amnesia. Dokter Nuril yang merawatnya menjelaskan bahwa, Ibarat computer, sang Ibu baru saja Instal ulang, dan banyak program-program yang hilang, salah satunya program kenangan, bahwa beliau sudah memiliki menantu, yang bernama Yukha.

“ Ade, Nia mana?” Tanya Ibu Ade, dengan nada lemah.

Ade berdiam diri, Yukha yang berada di sebelahnya langsung menatap wajah Ade lekat-lekat.

“ Ibu, Ade kan sudah nikah sama Yukha!” Jelas Ade sambil menunjuk ke arah Yukha.

“Kapan? Kamu nikah diam – diam? Nggak kan sayang, kamu bercanda aja kan? Panggil Nia De, ibu ingin bicara penting!”

Yukha,Ade dan Indah tampak cemas dengan keadaan Ibunya. Dokter segera datang dan menjelaskan keadaan sang Ibu dengan lebih sabar. “ Tolong, pasien jangan di minta untuk mengingat hal – hal yang berat untuk beliau ingat. Nanti lama – kelamaan akan membaik dengan sendirinya!” Jelas dokter.

“Sampai Kapan Dok?” Tanya Yukha.

“ Kami belum bisa pastikan, mungkin paling cepat ya satu bulan, atau….” Dokter menghentikan ucapannya.

“Begini saja, saran saya, biarkan seperti ini dulu, nanti kalau dipaksakan akan membahayakan jiwa beliau, nanti bisa drop lagi, bahkan bisa lebih parah!” Lanjut dokter menjelaskan.

***

“Aku akan mengalah Kak Ade, Nia sudah mau kan tinggal disini, toh kemarin dia bilang, dia akan lakukan apa saja buat kamu dan keluargamu!” Ucap Yukha pada suaminya. Ade terdiam di sudut ruang kamar. Ia merasa lemah, tak bisa bertindak apa – apa.

“ Sayank, maafin aku, tolong aku..!” Ucap Ade, tanpa berani melihat mata Yukha yang sudah mulai basah.

“Ga papa, aku percaya sama kamu! Demi Ibu, aku akan pergi dari sini, biarkan Nia yang tinggal disini. Toh untuk sementara kan?” Yukha mencoba menguatkan hatinya untuk berkata seperti itu pada Ade. Sebenarnya, dalam hatinya ia sendiri menangis, wanita mana yang tak akan pilu hatinya, jika suaminya dimintanya tinggal bersama perempuan lain, perempuan yang pernah dicintiainya, dan saat inipun masih ada rasa sang perempuan untuk mencinta suaminya itu. Takut! hati Yukha sangat ciut untuk meninggalkan Ade bersama Nia,ia takut kehilangan Ade untuk selamanya.

“Kak Ade, koperku sudah siap!” Ucap Yukha, sambil mengajak Ade untuk bangkit dari duduknya. Ia mengecup bibir suaminya itu, memeluknya erat, dan terisak dalam – dalam.

“ Kak Ade, satu bulan aja ya, jangan lama – lama!telpon aku setiap hari, jangan biarkan kamar ini di masuki perempuan lain!”

Ade tak mampu menjawab, ia hanya tertegun dan kembali memeluk Yukha. Di sisi lain ia tak ingin melepas Yukha, namun tak ada pilihan lain, selain meluluskan permintaan ibunya untuk menikahi Nia. Iya, pernikahan palsu, demi Ibunya tercinta. Ade sangat kagum dengan ketabahan Yukha. Ia merasa beruntung memiliki wanita seperti Yukha, Cantik, baik, menarik, energik, dan semua –muanya serba bisa, satu lagi… Ia jarang sekali menemui istrinya dalam keadaan murung, atau cemberut. Senyum Indah Yukha selalu ada di hati Ade. Selalu…

**

Yukha melangkah keluar dari kamarnya. Ia kembali lagi menengok ke arah tempat tidurnya, tempat peraduannya bersama Ade. Ia pandangi seluruh isi kamar itu, dan seakan tak rela untuk meninggalkannya. Ia kembali masuk ke dalam kamar. Ia menarik Bad Cover merah jambu yang Ade hadiahkan sebagai Ulang tahun pernikahannya yang pertama, Dua tahun lalu.Ia peluk erat Bad Cover itu. Ia menangis lagi. Mba Indah yang sejak tadi mengamatinya, tak kuasa ikut menangis, dan ikut masuk kedalam kamar, lalu memeluk Yukha. “Jangan pergi dek, tetaplah tinggal disini…!”

“ Aku gag papa mba, lagian aku udah lama ngga mengunjungi Ibund dan Ayahku di Cirebon.Mereka pasti sangat merindukan aku. Titip Ade dan Ibu ya mba, semoga langkah yang kami ambil ini, membuat ibu segera ingat semua nya.” Ucap Yukha, sambil melipat Bad Covernya, lalu ia membawanya keluar.

“Kak, ini aku bawa!” Ucap Yukha pada Ade, sambil menunjukan BadCovernya pada suaminya. Ade hanya mengangguk. Nia yang sejak tadi terduduk diam di ruang tamu, hanya bisa menundukan kepala, tanpa ekspresi apapun.

“Nia, aku pamit. Jaga Ibu ya, trimakasih atas bantuannya!” Ucap Yukha pada Nia.

Nia tersenyum, dan memeluk Yukha. “Kamu istri yang baik Yukh, ngga salah kalo dulu Ade ninggalin aku buat kamu!” Ucap Nia.

“ Makasih ya, jaga kepercayaanku ya!” Ucap Yukha, sambil menatap mata Nia.

Nia menganggukan kepalanya dan tersenyum manis untuk Yukha.

“Kita tidak pernah tau takdir kita Yukh, kau untuk siapa, dan aku untuk siapa, yang jelas, Ade milikmu saat ini!”

Yukha beralih pada Ade, dan bersalaman pada mba.Indah,Ia kembali memeluk kakak Iparnya itu. Yukha kembali memandangi seluruh isi rumah itu. Tiga tahun ia tinggal disini, tak pernah terbesit sedikitpun untuk meninggalkan rumah mertuanya ini. Ia ingat kata – kata mertuanya saat pertama kali ia di bawa Ade ke rumah ini “ Sayank, rumah ini untuk kalian ya,Tapi tolong  ijinkan Ibu untuk turut di kehidupan kalian ya!”

Ibu Mertuanya itu sangat baik,dan Yukha merasakan sangat sayang pada Ibunya itu, kalau tidak ada rasa sayang, tidaklah mungkin ia mau meninggalkan suaminya serumah bersama Nia.

Nia melangkah keluar pintu, Ia menarik nafas dalam – dalam, sambil menahan perasaan sesak yang ada di dadanya. Ia masuk kedalam Mobil, Ade mulai menyalakan mesin mobil, Yukha melambaikan tangannya pada orang – orang yang ada di depan rumahnya.

**

“Sayank, ingat ya! Jaga kepercayaanku! Tahun depan anak kita harus ada di dunia nyata!” Ucap Yukha pada Ade saat mengantarnya ke Bandara Sultan Mahmud Baharuddin, Palembang. Ade hanya menganggukan kepala. “Salam ya, buat ayah Ibu dirumah. Kalau sudah sampai segera telfon biar aku bisa ngobrol dengan mereka.”Ucap Ade pada Yukha.

“Sayank, jangan certain pada Ibun dan Ayah perihal Nia y, aku udah bilang kalo aku ada urusan kantor dan harus bertugas di Cirebon selama satu Bulan.” Pinta Yukha pada Ade.

Yukha ingin sekali mendengar kata – kata dari Ade, yang bisa menahannya untuk pergi. Tapi, ia menunggu, dan menunggu. Tak ada ucapan apapun dari Suaminya. Ia melangkah menuju Boarding Lounge. Ia menengok sekali ke arah Ade, Ade tampak santai dan melambaikan tangan.

**

Suara Rintik hujan yang turun  di malam itu, kian bertambah menit, sepertinya semakin kencang. Tak ada suara petir, hanya ada lembutnya angin yang selalu setia menyertai hujan yang ikut menambah lengkap segala perasaan yang menyesakkan kalbu seorang wanita yang sedang terisak diam di ruang gelap, sendiri tanpa teman. Jam dinding yang sebenarnya sudah menunjukkan angka 1 pun tak terlihat olehnya, sang wanita hanya bisa merasakan sesak, gelap dan buntu. Tak ada cahaya.

“Ya Allah,, aku harus bagaimana?”

Terngiang kalimat itu lagi ditelinganya.Kalimat yang ia ciptakan sendiri, dan ia ratapi sendiri.

Teringat lagi oleh Yukha wajah–wajah yang kiranya akan sakit dengan keputusan dan pernyataannya nanti. “Ibund, Ayah, mas Enda, Adikku, siapa lagi?”

“Esok….akankah esok semua akan selesai?” dia berfikir lagi dalam – dalam.

“ Ya Allah, aku mencintainya, bukankah ini keputusanku sendiri? Biarkan dia bahagia dengan yang lain!” Akhirnya mulutnya bisa berbisik pelan kepadanya sendiri.

Yukha, tak tahan lagi, Ia terisak lagi, membayangkan kejadian Sebulan yang lalu, sebelum Ia menggugat cerai suaminya. Wajah perempuan itu, begitu  memelas, meminta belas ampun pada Yukha, karena ia tidak bisa menjaga amanah yang ia percayakan padanya. Ia sudah dinyatakan positive hamil oleh dokter, dan ayah dari bayi yang dikandungnya tak lain adalah Ade, suami Yukha. Yukha menangis lagi, Ingin ekali ia  meminum suatu ramuan, yang bisa membawanya kembali ke masa lalu, untuk tidak pergi meninggalkan Ade. ” Sudahlah Yukh, semua sudah terlambat” Ucapnya pada dirinya sendiri. Suami yang sanagat di cintainya itu benar–benar telah membunuh perasaan Cinta yang ia jaga selama ini. Sayang sekali, Yukha terlalu pengecut untuk membagi cerita ini pada Ayah dan Ibund nya, ia hanya berani bercerita pada Kakak angkat dan adik kandungnya, selebihnya Ia mengaku bahwa Ia sudah tak mencintai Ade. Itu saja.

“Yukha kamu masih seperti dulu, Batu karang yang tak akan hancur oleh deburan Ombak,batu yang bisa menahan segala duri tersakitpun, tanpa harus berkata apa!”

**

Bolpoint itu menari-nari di atas setumpuk kertas, menggoreskan beberapa buah lukisan yang tak beraturan. Semua kertas-kertas itu penuh dengan angka-angka yang membuat sang Wanita yang membacanya tampak terlihat penat dan berkerut. Suara ketukan pintu, mengusik telinganya dan membuyarkan konsentrasinya.

“Permisi, ada Tamu untuk Ibu!” Ucap si pengetuk pintu yang telah berhasil membuka pintu ruangan yang diketuknya tadi.

“Siapa?”

“Konsultan, dari pusat Bu!”

“Biarkan dia masuk ke ruangan saya!”

Sang Wanita menarik nafasnya panjang-panjang, mencoba merefres kepenatan yang ia rasakan sangat lekat di wajahnya. Ia berdiri sebentar, mencoba merapikan blazernya.Ia berfikir, tidak selayaknya ia  menemui tamu dalam keadaan yang kusut,baik kostumnya maupun wajahnya.

Ia mendengar Pintu ruangnya di ketuk oleh seseorang. Ia melangkah menuju Pintu, dan ingin menyambut sang tamunya dengan wajah yang ramah.

Tidak seperti yang Ia bayangkan,Ia sangat terkejut dengan apa yang ia lihatnya saat ini. Konsultan yang dikirim dari Pusat untuk membantunya. Waktu seakan berhenti , sejenak Ia pandangi wajah itu. Mereka saling bertatapan, tak secuil katapun terucap dari bibir mereka masing-masing.

“Ibu Managernya?” Tanya sang Tamu,untuk mencairkan suasana.

Tidak ada jawaban atas pertanyaannya.

“Anda tidak mempersilakan saya masuk?” Ia mencoba bertanya lagi.

“Maaf, saya sedang tidak bisa diganggu. Silakan datang lain kali!” Akhirnya Wanita itu menjawab dengan nada yang berat.

Laki-laki tadi menundukkan kepala,sedikit tersenyum dan segera melangkah meninggalkan sang Wanita sendiri.

“Yukha,apa-apaan kamu?”Teriaknya dalam hati. Wanita itu menghempaskan tubuhnya ke Sofa hijau yang terdapat di ruangannya.

“Profesional donk!” Ia meneriaki dirinya sendiri.

Ia tak habis pikir, bahwa laki-laki itu bisa hadir lagi di hadapannya.Tidak ada satupun yang berubah dari Laki-laki yang pernah ia sayangi itu, Posturnya, wajahnya,Parfumnya,Ia masih hafal kesemuanya itu.

Pintunya di ketuk lagi.Jantungnya masih berdebar, dan semakin berdebar kencang dengan suara ketukan itu. Ia masih belum siap melihat wajah itu lagi, wajah yang pernah ia rindukan,Ia bayangkan,menemani di setiap kehidupan.

“Siapa?” teriaknya lemah.

“Saya Bu,Rian!”.

Yukha mempersilakan anak buahnya itu masuk. “Ibu,tadi tamunya berpesan, kalo sudah tidak sibuk, ibu bisa menghubunginya”.  Ucap Rian sambil meneyerahkan sebuah kartu nama pada pimpinannya itu.

**

Yukha turun dari kendaraan yang mengantarnya pulang, tak lupa ia melambaikan tangan pada si sopir, lalu ia melangkah masuk ke rumahnya. Pintu rumahnya tidak terkunci, itu artinya adikknya sudah berada dirumah. Bukan tanpa alasan Yukha memilih Balikpapan sebagai tempat pelariannya,dulu. Selain ingin meninggalkan kenangannya, di Balikpapan ia juga bisa membantu orangtuanya dalam mengawasi adiknya yang bekerja di salah satu Kontraktor pertambangan yang terdapat di kota itu, di tambah lagi Perusahaan tempatnya bekerja,juga meluluskan permintaannya untuk bisa pindah di cabang Balikpapan,walaupun pada mulanya ia diturunkan menjadi karyawan biasa, namun Yukha dengan cepat bisa merebut posisinya lagi, bahkan lebih baik dari posisinya ketika di Cirebon dulu. Ia bekerja keras, tak kenal lelah, dan tak perduli waktu, dengan begitu, ia sangat terbantu dalam melupakan masalah pribadinya, dan di pulau Etam inilah,sekarang ia benar-benar merasa sudah terlepas dari semua perasaannya ke Ade.

“Udah lama di rumah?” sapa Yukha pada Yudist adiknya . Yudist masih asyik dengan kegiatan nge-Gamenya.Yukha kesal pada adiknya itu, Ia melangkah ke dalam kamar,sambil melempar  tasnya ke sembarang tempat. “ Yudist, game itu gag bikin kenyang tau!” Ucap Yukha kesal.

“Iya,kan hari ini libur!,eh kak yang rapi donk, jangan taruh sini tasnya!”

“Iya – iya!” Yukha mengambil tasnya lagi,

“Kak  ada dua berita hari ini!” Yudist,menghentikan aktivitasnya sejenak.Ia berdiri dari singgasananya yang berantakan, lalu menghampiri kakak tersayangnya itu.

“Berita apa? Berita sedih atau senang?” Tanya Yukha penasaran

“Hem…,kalo buat aku gag penting sich, berita ini penting buat kakak!”

“Apa Dist?” Yukha semakin penasaran Ia duduk di sofa yang terletak di sudut ruang keluarga. Ia melepas sepatunya, dan meletakan tasnya disisi kanannya.

“Pertama, ada telpon dari Kak Ade, kakak  tadi di telp gag ngangkat katanya, jadi ntar di minta telpon balik!”

“Halah, gag penting! Berita kedua? ,hem.. telpon dari Ayah ato Ibund ya?”Tanya Yukha,cuek.

“Haduwh, sok tau! Berita kedua, aku dah jadian ma Fike!” Jawab Yudist sambil nyengir kea rah kakanya.

“Lah,kalo itu mah aku juga dah tau kali!”

“hehehhehe, bercanda kak!”

“Terus apa berita selanjutnya?”

“Tadi, ada yang nyariin kak Yukha, mantannya kakak mungkin?”

Yukha langsung melototin adiknya, Ia kembali mencoba menenangkan dirinya.

“Siapa?, mau ngapain?,kapan?”

“Satu-satu donk kak!, Namanya Abi!”

“Abi?”

“Hem.. dia pengin ketemu ma kakak, ada urusan katanya!”

Yukha menutup telinganya, lalu lari menuju kamarnya. Ia tak  percaya, Abi begitu cepat mendapatkan informasi tentang alamatnya. Yukha sangat takut jikalau Abi sampai tau tentang statusnya saat ini,ia malu dan gag ingin Abi mengetahui tentang nya saat ini.”Ah tidak,Abi terlalu cerdas untuk dibohongi,Ayo Yukha, biasa aja…!Gag usah panic, Abi bukan Monster!” Yukha membujuk hatinya sendiri.

***

Yukha berlari dari kamarnya menuju kea rah pintu, Suara bel pintu rumahnya yang berdering berkali –kali sangat mengusik kenyamannya. “siapa sich?Yudistkan udah punya kunci rumah!” Fikirnya dalam hati. Yukha sangat terkejut, ketika ia melihat sosok yang berdiri di depan pintu adalah Abi.

“Abi?” Sapa Yukha dengan nada tertahan.

Abi hanya tersenyum kecil, dan  sesegera mungki menarik paksa tangan Yukha. Tanpa berusaha menolak,Yukha seperti terhipnotis oleh Abi,Ia mengikuti langkah cepat Abi, dan masuk ke mobil Abi.

“Apa-apaan ini Bi?mau kemana kita?” Tanya Yukha, heran.

Abi melajukan mobil yang ia kendarai dengan kecepatan yang cukup membuat Yukha merasa takut.

“Pelan-pelan Bi!” pinta Yukha pada Abi.

Abi mengehentikan mobilnya di Bandara Sepinggan. Yukha hanya menatap penuh Tanya kea rah Abi. Abi tetap saja mengacuhkan tatapan sinis Yukha. Abi membukakan pintu untuk Yukha,dan mempersilahkannya turun.

“Bi, kamu kenapa sich, Kita mau kemana ?”

Abi tidak menjawab lagi,hanya memandang Yukha penuh arti. Sebenarnya Abi sudah tidak tahan lagi,ingin tertawa, melihat Yukha yang dandanya berantakan kaya bangun tidur gitu.Tanpa membawa apa-apa lagi.Benar-benar ide gila, namun Abi yakin, Yukha tidak akan tega menolaknya.

“Abi, jawab! Aku ngga mau ngikutin ini lagi!” Yukha membentak Abi.Kali ini Yukha benar-benar tidak bisa menahan emosinya.

“Kita akan pergi, menemui masa lalu!” Jawab Abi singkat, di sertai dengan gerakan tanganya, menggenggam Yukha, dan menuntunnya untuk masuk ke Bandara.

Yukha sudah benar-benar tak mau lagi bicara lagi pada Abi.Ia hanya mengikuti langkah Abi kemanapun ia pergi.

KalStar Aviation membawa Yukha terbang bersama Abi, Satu jam lebih mereka berada di dalam pesawat. Mereka sampai di Bandara Kalimarau tepat pukul Setengah Enam sore. Yukha mulai merasa agak tenang,tadinya ia mengira Abi akan membawanya pulang ke Jawa, atau ke tempat-tempat yang dulu pernah mereka singgahi. Yukha merasa akrab lagi dengan Abi setelah mereka bertemu di kantor kemarin, sebagai rekan kerja, walaupun pada awalnya Yukha menolaknya, namun karena Abi begitu pandai menawannya, sering mengunjunginya ke Rumahnya, menemani ngobrol, benar – benar bisa membuatnya melupakan Ade,yang sebentar lagi akan menikahinya lagi, dan satu hal yang harus ia selalu ingat, Abi sudah menjadi milik orang lain.

Sebuah mobil menjemput Yukha dan Abi di Kalimarau. Yukha tidak berfikir lagi tentang apa-apa yang telah direncanakan Abi untuknya di akhir pekannya ini.Ia percaya, Abi akan memberikan kejutan yang menarik hatinya, dan mengajaknya untuk menemui masalalunya bersama Abi lagi.

“Capek ya?” Tanya Abi pada Yukha, Yukha menganggukan kepalanya, Ia benar-benar merasa letih, setelah menempuh  dua jam perjalanan dari Bandara Kalimarau ke Tanjung Batu.Ia ingin segera menemui tempat istirahat yang nyaman,dan terlelap di sana.

**

Ketukan Pintu penginapan membangunkan Yukha dari tidurnya, Ia memperhatikan suasana sekelilingnya. “Ini dimana?” bisiknya dalam hati. “Oh, bukan mimpi ya?” tanyanya dalam hati.

Yukha membuka pintu kamarnya dan menemukan Abi sudah ada dihadapannya. “Ini,buat ganti kamu.Jangan lupa mandi ya!” Ucap Abi sambil menyerahkan beberapa pakaian pada Yukha. Yukha tersenyum simpul lalu mencubit Abi. “Awas ya kalo aku sampe terlantar disini!” Ucap Yukha.

“Kamu gag bisa kabur lagi dariku Yukh, kamu gag punya apa-apa disini.Hem..hidupmu tergantung padaku sekarang! Hahahahaha!” Canda Abi pada Yukha, sambil berlalu meninggalkan kamar Yukha.

**

Yukha berlari – lari kecil, bermain ombak, bersorak dan tertawa-tawa sendiri. Ia tak pernah menemui tempat seindah ini sebelumnya. Keindahan panorama surga tropis yang sempurna. Suasana hangat dengan pemandangan pasir pantai putih bersih dan halus, pohon palem yang melambai-lambai, laut murni yang berubah warna dari hijau ke biru gelap , air yang sangat jernih, bioversitas kelautan yang memukau, koral yang terjaga,  dan sejauh mata memandang kedepan,adalah lautan indah ,sangat sempurna.

“Abi…Abi…,Sini!” Teriak Yukha pada Abi yang masih duduk mengawasinya dari ujung pantai.Abi berdiri, dan melangkah mendekati wanita bergaun putih,dengan rambutnya yang terurai agak basah oleh air. Yukha bersorak lebih kencang, ketika tiba-tiba Abi mengangkat tubuhnya, lalu menjatuhkannya di atas air,Abi tertawa terbahak – bahak,Yukha tidak mau kalah,Ia mendorong tubuh Abi,hingga tersungkur,mereka berdua benar-benar basah kuyub oleh segarnya air di pantai  Pulau Derawan. “Abi, kalo kamu kasih tau sebelumnya, aku pasti ambil cuti!” Ucap Yukha, sambil meminum air mineralnya. Mereka duduk berdua di bibir pantai, menikmati suasana damai di pulau itu. “Kalo aku member tahumu, ini bukan kado yang special lagi kan?”Jawab Abi.

“Iya, thanks yach! Kamu masih ingat saja,kalo ini hari Ultahku!”

“Kenapa harus lupa? aku mencarimu Yukh, lama sekali aku menunggu hari ini terjadi!”

“Ingat Bi, kita sudah sama-sama..” Yukha menghentikan Ucapannya. Ia berdiri sambil merentangkan tangannya. Lalu ia menghirup udara sebanyak – banyaknya dan menghempaskannya dengan cepat.

“Bi, hari ini kita menemui masa lalu ya?”

“Iya, bagaimana kalo kita mulai lagi masa lalu ini, agar jadi masa depan kita?” Abi menjawab, dan ikut berdiri di samping Yukha.

“Maksud kamu?” Yukha terkejut dengan jawaban Abi.

“Ah, bukan apa-apa..!”

Pertemuan yang lalu, Yukha sudah memberitahu Abi, walaupun saat ini, dia sedang berpisah dengan Ade, namun secepatnya Ade akan kembali bersamanya.Mantan suaminya itu,akan menikahinya lagi.

**

“Abi, kamu pernah mengajak istrimu kesini?” Tanya Yukha pada Abi.

Abi tidak menjawab pertanyaan Yukha,ia masih sibuk membereskan peralatan yang tadi ia gunakan ketika snorkeling.

“Kamu bahagia Yukh hari ini?” Tanya Abi pada Yukha sambil tersenyum.

“Hem… kamu gag usah Tanya, Iagi bi, kamu tau kan, aku mencintai pantai,dan..ini yang pertama Bi,aku menyelam!”

“Ini Pulau Maratua Yukh, kalo tidak ada yang special disini, gag mungkin kan Pangeran William jauh-jauh dari Inggris datang kesini?”

“O ya?”

“Iya, makanya tempat yang special ini, kuhadiahkan buat kamu, yang special dihatiku!” Ucap ABi sambil mengacak-acak rambut Yukha yang basah.

Mereka berjalan berdua, menuju Cottage yang telah Abi sewa.Sengaja Abi memilih Cottage yang berada di atas laut yang bening, agar mereka bisa bahagia menghitung banyaknya bintang-bintang di atas Pulau Maratua ini.

“Abi,berapa lama kamu menyusun ide ini?” Tanya Yukha sambil memandang kelangit luas yang bertaburan bintang.

“Satu hari!” Jawab Abi singkat

“Aku udah hampir satu tahun Bi kerja di Kaltim, tapi gag pernah kepikiran buat pergi ketempat-tempat seperti ini, kenapa kamu bisa tau tempat seindah ini?”

Abi diam tidak menjawab pertanyaan Yukha.

“Abi,berapa banyak yang kamu keluarkan untuk ini Bi?pasti mahal banget kan?” Yukha melanjutkan tanyanya lagi pada Abi

“Yukha,gag usah terlalu memakai otak kirimu yang luar biasa itu deh!” Abi menjawab sambil terbahak

“Honeyku, jangan terlalu sibuk dengan pekerjaanmu, skali kali perlu libur juga donk!” Lanjut Abi

“Kamu pernah ketempat ini sebelumnya?”

“Sudah?”

“Sama istrimu ya?”

“Bukan,calon istriku,di hayalanku!”

“Calon?” Yukha melongo mendengar jawaban Abi.

“Kamu,kenapa dulu tidak jadi menikah dengan tunanganmu?”Lanjut Yukha.

“Aku? “ Abi tidak meneruskan jawabannya. Ia hanya mengingat kejadian Lima tahun lalu,Sebuah kecelakaan parah yang menimpanya,yang hampir saja merenggut nyawanya. Lamunan tentang hari itu,hari pertemuan terakhirnya dengan Yukha,lamunan tentang  pernikahan Yukha dengan tunangannya waktu itu membuat Abi menjadi tidak focus terhadap motor yang dikendarainya, apalagi mengingat ia sendiri  juga tak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah pernikahan itu terjadi, karena dirinya sendiri juga telah bertunangan dengan perempuan lain. Ia semakin tidak focus,lalu ada sebuah Truck besar  didepannya,dan…

“Abi,kenapa?” Pertanyaan Yukha menyadarkan Abi dari lamunan.

“Yukh, kamu tidak mencariku ketika dulu aku tak datang dipernikahanmu?”Tanya abi pada Yukha

“Abi,kan kemarin sudah kita sepakati,kita tak akan membahas ini, aku sudah melupakan semua itu, aku ngga marah lagi ke kamu,toh emang kenyataannya kamu bukan takdirku!”

“Aku koma Yukh, hampir dua Minggu, waktu mau pulang dari Semarang dulu!”

Yukha terkejut akan pernyataan Abi, ia tidak pernah tau hal ini dan tidak pernah memikirkan hal itu akan terjadi pada Abi.Fikiran Yukha mulai kemana-mana,ia seakan menyalahkan dirinya sendiri, karena selama ini ia telah melupakan Abi,tanpa ingin tau bagaimana keadannya.

“Itulah Yukh, alasanku,membatalkan pernikahanku dengan tunanganku waktu itu, aku sempat tak bisa melihat Yukh,Dua bulan aku buta, sampai akhirnya aku mendapatkan donor.Ya sudahlah,itu sudah berlalu.”

Yukha menarik nafas panjang,menahan sesak yang ada di dadanya. “Abi,maaf ya!Kenyataannya sekarang kita sudah sama-sama punya pasangan. Mungkin Bulan depan Ade akan ke rumahku Bi, ia akan menikahiku lagi!”

“Kamu mau berbagi cinta dengan Nia?” Tanya Abi sinis

Yukha terdiam,tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya,Ia hanya heran, kenapa Abi sampai tau tentang nama perempuan itu dan sebenarnya, sejauh apa Abi tau tentang dirinya.

“Yukh,kamu bisa dapetin lebih dari Ade,jangan mau jadi yang keduaYukh!” Ucap Abi,sambil memegang pundak Yukha

“Aku lebih baik jadi yang kedua,tapi dinomor satukan, dari pada jadi yang pertama, tapi diduakan!”

Jawab Yukha, dengan nada pelan.

“Aku gag suka dengan keputusanmu Yukh!,pandang aku! “ Abi membalikan tubuh Yukha, sehingga mereka saling bertatapan.

“Kamu tidak mencintai Ade Yukh, ada dendam disinar matamu!” Ucap Abi lagi sambil menatap Yukha lekat.

“Tapi ini….. dia,,,Ade takdirku Bi!”

“Bagaimana kalau dia bukan takdirmu?” Tanya Abi sambil berlalu meninggalkan Yukha bersama dinginnya malam di Pulau itu. Yukha mengamati Bintang-bintang yang berkelip riang diatas sana.Mereka seakan ingin bersorak dan merangkai kata-kata untuk Yukha “ADE BUKAN TAKDIRMU”,

Yukha menundukan kepalanya sejenak, tapi Ia tak ingin berkedip menyaksikan keindahan malam itu,Ia juga tidak ingin memikirkan kata-kata Abi,Ia takut kalau kata-kata itu masuk kealam bawah sadarnya,dan semua jadi nyata.”Ade bukan takdirku!” Yukha mengucap kalimat itu lagi tanpa sadar dengan apa yang ia katakana sendiri.

**

Yukha melalui hari-harinya lagi seperti biasanya.Kenangan yang sangat menyenangkan bersama Abi beberapa hari yang lalu, membuat ia semakin bergairah dalam bekerja.Dua hari yang lalu Ade juga sempat mampir kerumahnya sebentar, sekedar mengunjungi Yukha, lalu pulang lagi ke Palembang. Yukha sempat mengenalkan Calon suaminya itu pada Abi ketika Ade mengantarkannya ke kantor. Yukha meninggalkan mereka berdua diruang tamu, entah apa yang mereka bicarakan. Mereka tampak akrab,dan hal itu semakin membuat Yukha bahagia. Sempat terpikir olehnya, Bagaimana kalo kedua laki-laki itu selalu mendampinginya dikehidupan ini. “Ah Yukha, akankah tega kau berPoliandri,ah maukah mereka?” Yukha tertawa tawa di dalam hati.

**

Sudah seminggu Abi tidak datang menemui Yukha, Ia mau pulang ke kotanya, karena ada urusan keluarga kata Abi lewat pesan singkat yang ia kirim pada Yukha.Yukha merasa ada sesuatu yang hilang di harinya kali ini,tapi ia harus segera merefresh fikirannya lagi, dan menguatkan hatinya, bahwa Abi bukan untuknya, sudah ada seseorang disana yang ditakdirkan untuk Abi.

Yukha mengangkat ponselnya yang sejak tadi berdering didalam saku ponselnya. Ternyata Ibundnya yang menelpon

“Nak, ada yang memintamu jadi pendampingnya?” Kata Ibund Yukha di jauh sana.

Yukha tersenyum kecil,hatinya tiba-tiba dag dig dug lagi. Ia tidak menyangka kalo secepat ini Ade memenuhi janjinya.

“Nak..gimana?,kamu sudah tau kan siapa orangnya?”

“Ibund, ibund setuju kan?Kalo ibund setuju,Yukha juga terima!” Jawab Yukha dengan wajah berbunga

“Hem,,akhirnya,kamu akan mendapatkan kebahagiaanmu lagi nak.Iya,sebelum menelponmu pun,ibu sudah terima lamarannya,Ibund tau,kamu juga masih mencintainya.Bulan depan ya nak,Ijabnya!”

“Gag usah pake dirayain Bund,Yukha malu.Pokoknya sederhana aja ya!”

“Iya,kamu bahagia nak?”

Yukha tidak menjawab pertanyaan ibunya,Ia tau ibundnya pasti juga merasakan apa yang Yukha rasakan saat ini.

Yukha ingin menelpon Ade,ia ingin menanyakan pada Ade,kenapa Ia tidak mengabarinya dulu tentang kedatangan Ade kerumah Yukha,namun niat itu segera Yukha batalkan.Yukha tau,Ade ingin memberikannya kejutan. Yukha merasa bahagia, seperti memiliki dua laki-laki yang sama-sama mencintainya, walaupun entah kemana sebenarnya hatinya saat ini berlabuh.

**

“Yukha, apakah kamu masih mencintai aku?” Tanya Abi pada Yukha yang sedang sibuk memeriksa laporan keuangan perusahaannya di bulan ini. Yukha langsung memandang Abi. Ia sedikit terkejut dengan pertanyaan Abi. Ia menghela nafas sebentar.

“Stop Bi, kita rekan kerja.Jangan bicarakan ini disini!” Ucap Yukha dengan nada serius.

Abi tersenyum kecil,Ia memaksa Yukha untuk mendengarkan ceritanya.

“Yukh,kamu belum tau kan, Istriku sudah tidak ada di dunia ini, Leokimia Yukh,sudah setahun lebih Ia meninggalkan dunia ini” . “Di tahun pertama kami menikah Yukh,Ia meninggalkan aku bersama anakku yang dikandungnya” Walaupun Abi bercerita dengan santai, namun  Yukha terkejut dengan apa yang Abi sampaikan.Yukha sama sekali tidak pernah tau tentang hal ini.

“Makanya, aku ingin memastikan apakah kamu…,misalnya kamu bukan takdir Ade, maukah kamu menikah denganku?” Abi melanjutkan pertanyaannya pada Yukha.

“Abi, aku…” Yukha tidak mampu melanjutkan ucapannya. Ia tidak bisa memungkiri lagi, bahwa memang ada Cinta dihatinya untuk Abi, walaupun berapa persen besarnya,Yukha tidak tau laki-laki mana yang benar-benar di cintainya.Abi atau Ade.

Yukha mendekati Abi,ia menggenggam tangan Abi.” Aku tau kamu cowok yang tabah Bi, kamu pasti sangat menyayangi dia!” Ucap Yukha pada Abi. Abi tersenyum menatap Yukha dengan tatapan yang menusuk mata hati Yukha, dan memaksa Yukha untuk mengakui perasaannya. “Abi, aku..aku mencintai kamu Bi!,katakana kalo kamu juga sayang banget ma aku Bi!”. Yukha memeluk Abi erat dan mulai hanyut dengan suasana, Tiba – tiba pintu ruanganny dibuka tanpa ketukan sebelumnya. Ade melangkah ke arah Yukha, dan menyeret Yukha keluar dari ruangannya. “Ade..de, jangan salah paham De!” Teriak Yukha pada Ade.

“Salah paham apa? Dia sudah pernah menceritakan hubungan kalian sebelum kita menikah dulu, salah apa hem…?” Bentak Ade pada Yukha.

Yukha terdiam tanpa kata. Nafasnya masih tersengal menahan emosinya.

“Kamu milikku Yukh! Kamu mencintai aku!” Ucap Ade pelan.

Yukha menganggukan kepalanya. Ia tidak tau apa yang harus ia perbuat untuk meredam Ade.Sebenarnya ia sendiri tak tau, apakah Ade masih dicintainya atau tidak. Sekali lagi, Abi sangat menggoda untuk lebih dicintai dari pada Ade.

**

“Kamu kemana Bi, diam-diam aku merindukanmu Bi, tertahan!” Yukha mengirim pesan singkat pada Abi, setelah Sepuluh hari Yukha tidak bertemu dengan Abi.

Tidak berapa lama berselang,Abi menelpon Yukha. “Yukha, apakabar?” sapa Abi pada Yukha. “Kamu kemana?”

“Maaf Yukh, aku sedang mempersiapkan pernikahanku!”

“Menikah?” Yukha terkejut. Jantungnya berdegub lebih kencang,ia terlalu sibuk memikirkan perasaannya pada Abi, sampai ia lupa, kalo ia sendiri juga sebentar lagi akan menikah.

“Iya, aku sudah menemui orang tuanya, dan Ia setuju untuk mendampingiku Yukh, aku gembira Yukh!, em…Minggu depan aku balik kog!”

Yukha tidak mau lagi mendengar suara Abi, ia menutup telponnya,dan tanpa terasa air matanya mengalir. Ia belum tau alasan sebenarnya, mengapa ia menangis.Apakah ia kecewa? Apakah Ia merasa tersakiti?.Yukha tidak tau jawaban pastinya.

Ia menemukan buku agendanya tergeletak di begitu saja di kamarnya. Entah mengapa ia merasa ingin menuliskan sesuatu disitu. Bukan urusan kerja, melainkan menumpahkan perasaan yang saat ini tak bisa ia curahkan ke siapapun,Yach tak ada pilihan lain, si Buku di halaman bersih, harus tergores oleh tinta, demi menyelamatkan perasaan Yukha mala mini.

“ Aku besar kepala Bi, mengira benar-benar ada cinta untukku,

Kamu hilang, entah kemana,kutemukan, lalu menghilang lagi!

Aku benar tehipnotis olehmu, lunglai tanpa hadirmu…

Ternyata benar, aku sudah menyayangimu lagi, tanpa ada penawaran di hatiku,

Dan benar dugaanku,KAMU GAG SESAYANG ITU SAMA AKU!

Aku menunggu…., menunggu Bi, sampai akhirnya aku sadar, Kamu GAG SESAYANG ITU SAMA AKAU Bi!

Mungkin aku hanya KOMPLEMENTER dalam hidupmu,

Aku harus segera berbrnah Bi, Segera…

Melupakanmu, melepaskanmu, berbesar hati..

Melihatmu lagi bersama dengan yang lain,

Meski ku perih,pedih, CINTA INI TAK BOLEH ADA LAGI!”

Siang itu suasananya benar-benar panas dan kering. Seharusnya bulan Januari tak boleh sepanas ini, menghadirkan awan cyrus yang berlambai dan memancarkan sinar terik sang surya yang sombong, membuat kulit tersengat sakit oleh cahayanya yang berkelimpahan. Abi mengikuti langkah Yukha yang agak sedikit santai. Mereka memasuki ruang tunggu  di bandara Sepinggan. Yukha mengecek lagi tasnya, didalamnya sudah terdapat Tiket pesawat yang akan membawanya ke Jakarta.

“sudah Bi, samapai disini saja!” Ucap Yukha pada Abi.

Abi menghentikan langkahnya, dan meletakkan Travel Bag milik YUkha yang ia bawa. Abi menatap Yukha dengan senyuman, lalu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Yukha.

“Selamat menempuh kebahagiaanmu lagi yukh!” Ucap Abi sambil mnejabat tangan Yukha. Yukha segera melepaskan jabatan tangan itu. Ia menundukkan kepalanya. Banyak kata yang tak mampu ia lontarkan pada Abi. Sekarang, disaat cintanya pada Abi sedang berkembang, Ia tak bisa lagi memiliki Abi, tidak boleh menumpahkan perasaannya pada lelaki yang kini bertahta di hatinya itu. “Bi,Jangan sampai hati biarkan aku pergi, katakan  sesuatu untuk menahanku Bi, !” Teriak Yukha dalam hati. Abi terdiam dan termenung mengamati bibir Yukha yang bergerak-gerak tanpa kalimat yang terdengar oleh telinganya. “kalau aku takdirmu, aku tak akan membiarkanmu seperti ini Yukh. Kalo kamu takdirku, aku tak akan bodoh membiarkan wanita lain mencintaiku, ataupun membalas cintanya padaku. Kalo kamu takdirku, aku akan selalu menjagamu dan perasaanmu, agar selalu mencintaiku, sampai nafas terakhirku. Sekarang, pergilah Yukh, aku yakin kamu pasti akan bahagia disana. Temui impianmu, sambut kebahagiaanmu. Jangan pernah ada cerita duka lagi di hidupmu!” Ucap Abi pada Yukha. Yukha ingin sekali memeluk Abi, tapi ia tak boleh membeberkan perasaannya lagi pada laki-laki itu.Ia ingin tetap tinggal disini, namun Ibund dan seluruh keluarganya sudah menunggunya dirumah, untuk melihatnya lagi, bersanding bersama Ade.”Sudah, lupakan Abi, Ade sudah kembali padamu Yukh!” Ucap nya dalam hati.

“Saat Cinta terbang, kau sampai hati, mengapa kau tak menahanku di bandara ini…?”

**

Yukha memakai gaunnya yang akan ia gunakan untuk Ijab nanti. Kata Ibundnya, calon suaminya tidak ingin melihat Yukha menggunakan Kebaya, makanya ia membelikan Gaun untuk Yukha. Yukha sangat menyukai warna gaun tersebut. Ia tak menyangka bahwa Ade masih ingat warna kesukaannya, “Olive”. Ia melihat wajahnya di cermin, Yukha merasa sekarang badannya lebih berisi ketimbang pernikahannya yang terdahulu,Ia semakin Pede dengan penampilannya kali ini. Dia segera keluar dari kamarnya.”Ibund, kog jam segini belum datang ya?” Tanya Yukha pada Ibund nya,

“Iya,kan masih sejam lagi acaranya.Mungkin masih di jalan!”

Yukha ingin segera menghubungi Ade, namun kata ibunya, ia dilarang untuk menelpon calon suaminya itu. Tiba –tiba telpon rumah Yukha berdering.Yukha melangkah ke arah meja kecil, tempat telepon itu berdering.

“Hallo, kediaman keluarga Sungkono” Sapa Yukha pada si penelpon

“Yukha…Yukh…!” Yukha mendengar suara isakan seorang perempuan yang sudah ia kenal suaranya.

“Ni…Nia?”

“Yukh.. maafkan aku Yukh, maafkan Aku!,Aku sangat mencintai Ade Yukh, jangan ambil dia dariku Yukh..!” Ucap si perempuan pada Yukha.

Yukha tak mampu menjawab suara itu, ia menjatuhkan genggam telpon itu ditempatnya. Tubuhnya serasa menggigil,mendengar suara perempuan itu lagi. Marah, sedih, sakit, takut, semua bercampur aduk di jantung Yukha, dan mengalir lambat di pembuluh Nadinya. “Apa yang harus terjadi?” Tanyanya dalam hati.I tak ingin pernikahannya kali ini ia batalkan, Sudah lama ia menantikan hari ini,namun disisi lain, ia sendiri tak tau, apakah Ia benar-benar masih mencintai Ade atau tidak, dan lagi…ada Nia yang tersakiti oleh ini. Ia pernah merasakan sakitnya kehilangan seorang lelaki yang dicintainya, benar-benar sakit rasanya, dan ingin sekali rasanya membalas dendam sakit hatinya itu di kelak nanti.Yukha meras mata kanannya berdenyut.”Ah pertanda akan menangis” Fikirnya dalam hati. Kini berganti mata Kirinya yang berdenyut. “Ah akan beretmu orang yang diharapkan”.Ucapnya lagi dalam hati. Terbesit di fikirannya saat ini,satu keputusan yang akan ia katakana pada keluarganya.

“Ibund, aku tak mau menikah,Batalkan pernikahannya!” Ucap Yukha pada ibunyta dengan nada datar.

“Kak, apa-apaan ini, penghulunya sudah datang kak!” Bentak Yudist pada kakaknya.

“Dek, malulah kau ini pada tetangga!” Kakak angkatnya itu ikut menimpali Yukha dengan seranagn kata-kata.

“Ada apa sebenarnya Nak?” Ibund yang sejak tadi terkejut, kini sudah mulai bisa berbicara.

“Bund, Yukha tidak ingin menikah lagi dengan Ade Bund,Yukha gag ingin ada wanita lain yang sakit selain Yukha!” Isak Yukha dipelukan Ibundanya.

“ Nak,mulia sekali hatimu.Ibund tau, kamu tidak akan mau menikah dengan laki-laki yang sudah menyakiti kamu,Ibund sudah tau semua ceritanya nak.Ibund juga tidak rela kalo kamu kembali lagi pada Ade!” Ucap Ibund penuh kesabarran pada putrid tunggalnya itu.

Yukha masih belum mengerti akan maksud ucapan Ibund nya itu,ia masih meneteskan air mata, dan tetehnya sibuk mencarikan tisu untuk mengusap air matanay.

Beberapa menit kemudian,ia melihat rombongan mobil berplat AB,AA,berhenti di depan rumah Yukha.Ia bingung kenapa, bukan mobil Ade yang duluan datang.

“Nak itu, rombongannya sudah datang!” Ucap Ibund menenangkan hati Yukha.

Yukha heran, kenapa orang-orang yang turun dari mobil itu sama sekali belum pernah ada yang ia kenal. Tak satupun keluarga Ade tampak dirombongan itu.

“Ayah,Ibund, lamaran siapa yang kalian terima?” Tanya Yukha dengan wajah yang mulai kebingungan.

“Kan kamu bilang setuju, ya Ibund dan Ayah terima aja,toh calonmu itu juga cowok baik-baik, cinta lagi sama kamu!” Ucap Pak.Sungkono pada putrinya.

Mereka menyambut rombongan tamu dengan penuh keramahan. Yukha masih terdiam penasaran di tempatnya.Ia bertanya-tanya, mana calon suaminya itu, mengapa tak satupun yang tampak seperti calon pengantin.Ibu-ibu,Bapak-bapak, anak-anak, ah tak ada laki-laki dewasa di antara rombongan itu yang tampak layak di lulusakn sebagai calon pengantin. “Astaga,!” Yukha berkata dalam hatinya sendiri,jangan-jangan, benar dugaannya, Bukan Ade yang melamarnya, tapi Bapak-bapak yang sejak tadi meliriknya terus itu. Rasa Pening yang teramat tiba-tiba melanda kepala Yukha, sampai ia mendengar suara iringan music rebana yang ada di depan rumahnya. “Apa-apaan lagi ini!” Tanyanya dalam hati, sambil berdiri dari Sofa kesayangannya. Yudist menghampiri Yukha, dan menarik pergelangan tangan Yukha,”Ayo kak, pangeran berkudamu sudah datang!” Ucap Yudist pada kakaknya.

Yukha melangkah menuju halaman rumahnya. Dia terperanjat melihat sosok laki-laki berjasputih yang menunggangi Kuda yang telah dihiasi pernak-pernik ala pernikahan dalam pewayangan. Jantung Yukha terasa mau copot,tat kala laki-laki itu turun dari kudanya, dan disalami oleh pihak keluarga Yukha,lalu menuju kearah Yukha. “Suka dengan kejutanku ini?” Sapa sang lelaki pada Yukha.

“AaaaaaaaaaaaaaaaaBiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii” Yukha berteriak sekencang mungkin, seraya memeluk kekasih hatinya itu. Ia menangis sambil tertawa dipelukan Abi. “bilang kalo ini bukan mimpi Bi?” Ucap Yukha sambil tersenyum dan terisak.

“Bukan Yukh, aku datang seperti impianmu tentang pernikahan, yang pernah sempat kita impikan dulu!” Abi menenangkan Yukha, dan membelai halus rambut wanita yang akan dinikahinya itu.

“Bagaimana?Sah?…”Tanya pak Penghulu setelah Abi mengucap Ijab Qobul sebagai syarat utama halalnya ikatan sucinya bersama Yukha.

Semua yang hadir di rumah Yukha, bertepuk tangan gembira melihat akhir kisah indah Abi dan Yukha. Mereka semua menjadi saksi, atas kebahagiaan yang tengah Abi dan Yukha rasakan saat ini. Yukha tak bisa berfikir apa-apa lagi,termasuk tentang Ade, ia hanya tersenyum, dan terus tersenyum memandangi satu persatu anggota keluarganya dan seluruh hadirin yang datang.Yukha baru sadar, bahwa Yudist dan seluruh keluarganya terlibat dalam “Surprize”ini, Abi pun tak pernah menyangka, bahwa Cintanya yang sempat hilang, bisa berpulang lagi padanya. Sekali lagi..”Impian” telah berhasil mereka buktikan. Alam bawah sadar yang sering tak tersadari, telah menuntun cinta mereka untuk bersatu kembali. Hujan rintik mulai membasahi halaman rumah Yukha,Harum khas tanah yang terkena rintik hujan membuat suasana semakin damai. Abi menggenggam erat tangan Yukha, dan berbisik ditelinga istrinya itu. “hanyku, udah gag takut lagi ma hujan kan? AKu akan selalu ada disetiap pagimu,siangmu,terlebih malam-malamu!”Goda Abi pada Yukha. Yukha mencubit kecil pipi suaminya itu, lalu dibalas oleh Abi cubitan itu, dengan kecupan manis di kening Yukha.”Kamu gag akan sendirian sayang.Terik ataupun Hujan,kita lalui bersama!”. Pelangi muncul disisi selatan langit, mengiringi rintik sejuk hujan yang Tuhan hadiahkan untuk pernikahan Abi dan Yukha.Angin bertiup sejuk,membelai seluruh nyawa yang hidup di tempat itu.Sekali lagi angin bertiup lembut,sangat sejuk, menutup akhir kisah bahagia antara Abi dan Yukha.

“Ingin,?

Berusahalah!

Berdoalah!

 Yakinlah!!”

“CINTA ITU BAHAGIA,DAN BAHAGIA KITA YANG RASA, BUKAN ORANG LAIN YANG BERHAK ATAS APA YANG KITA RASA”

Cepu, 4 Juli 2012

Gambar